Kamis, 09 Februari 2017

Bias Bayangmu

Menapaki jejak langkah kaki
Menerobos bayang-bayang semu
Membuka lembaran hati
Terhenti dan tersipu malu

Tertata rapih dalam bait kata
Tersusun rapih bak gugusan
harum bak sekuntum bunga
Hingga tercium dalam ingatan

Sang lebah memang pulang
Terpatri kenangan sang mawar
Setetes madu yang telah usang
Memanniskan jiwa nan segar

Sang mawar bermadu pekat
Lewat budi keanggunan
Kumbang kembali terpikat
Hinggap dibalik bunga kenangan.

Jumat, 20 Mei 2016

Tanda Tanya ?

Wantah wanita wibawa hijabnya
Akhlak mulia orang-orang berkata
Nian, hati ini membenarkan katanya
Iradatnya membawaku kepadanya
Tapi tak bersua dalam nyata
Apalah daya jarak memisahkannya

Siapa kiranya engkau?
Engkau hanya hadir dalam bait kata
Rindu bersua tertuang dalam makna
Akankah kita bersua dalam nyata?
Meminta pada ibu bapaknya
Baiat halal menyentuh tubuhnya
Iradat kembali mengatur cerita

Menjelma dalam pelupuk mata
Esok hadir depan mata nyata
Sujud beserta doa pada-Nya
Jika engkau berkenan pula
Izinkan aku mengenalnya

Dan akhirnya, kembali iradat bercerita

Rabu, 18 Mei 2016

Hanya

Hanya berani dalam diam
Hanya berkata dalam hati
Hanya berharap  dalam doa
Hanya bersua dalam bayang
Hanya berbincang dalam maya
Hingga waktunya datang ke orang tuamu
Siapakah engkau bayang semuku?
Kau membangunkan jiwa yang tertidur
Dalam lelapnya dekapan sunyi
Sungguh, hanya ingin menjadi  nyata
Angan jadi sebuah fakta
Engkaulah embun pagiku

Dalam sejuta harapan bias waktu

Jumat, 18 Maret 2016

RINTIK SENJA

Cahaya lebur diguyur rintik hujan
Rindu tumbuh seraya dinginnya malam
Melayang semua angan
Berlari melintasi imajinasi
Bertemu dengan bayangmu
Dalam biasnya rintik hujan
Engkau tatap tajam wajahku
“Aku Rindu”
Lalu bayang-bayangmu hilang

Terhapus derasnya hujan

Sabtu, 12 Maret 2016

Coretan Pena-ku: Aku dan Kereta Tua

Coretan Pena-ku: Aku dan Kereta Tua: Ini tentang penantian Di kota tua yang menua Gemerlap dunia semakin menggila Tawa-tawa membahana di angkasa Sedang doa meruduk d...

Senin, 30 November 2015

Habis Al-mirzani Spdi


Perputaran waktu sudah tidak terelakkan.
Denyut nadi-pun sudah mulai bosan
Bersemayam dalam jiwa penuh lumpur kehinaan
Pasrah kepada sang tuhan
Pemilik hak ajal kematian insan
Waktuku sudah hampir dekat
Tapi hati ini tak bersih dari berbagai karat.
Ingin sebelum jiwa meronta-ronta
Aku bersujud khusu bersamanya
Berhenti selamanya dalam peluknya.

Jumat, 23 Oktober 2015

Tertutupnya Rumah Tuhan

Kesana
Lagi-lagi kesana
Pulang
Lagi-lagi pulang
Dan akhirnya aku kembali
Bersinggah sementara
Untuk kembali lagi
Pergilah !
Sakit hati
Tersingkir dari rumah ilahi
lalu ia kunci